Jakarta, 9 Maret 2025 – Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Neurology pada 5 Maret 2025 mengungkapkan bahwa stres kronis dapat meningkatkan risiko stroke pada orang dewasa muda, terutama perempuan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa stres memiliki dampak signifikan pada kesehatan kardiovaskular, terutama bagi wanita yang mengalami stres berkepanjangan.

“Temuan ini menyoroti bagaimana stres psikologis yang berkepanjangan dapat berkontribusi terhadap disfungsi vaskular, menekankan pentingnya manajemen stres untuk pencegahan stroke,” ujar Lauren Patrick, MD, asisten profesor neurologi di University of California San Francisco, dikutip dari Health, Minggu (9/3).

Stres dan Risiko Stroke pada Perempuan

Para ilmuwan meneliti hubungan antara stres dan stroke iskemik dini, jenis stroke yang paling umum terjadi akibat penyumbatan yang menghambat aliran darah ke otak.

Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi berbagai faktor risiko stroke pada orang muda, termasuk tekanan darah tinggi, konsumsi alkohol, serta stres. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa stres berdampak lebih besar pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Dalam penelitian ini, 426 orang berusia 18-49 tahun yang mengalami stroke iskemik dibandingkan dengan 426 orang lain yang tidak mengalami stroke dengan usia dan jenis kelamin yang sama.

Hasil survei menunjukkan bahwa:

  • 46% pasien stroke mengalami tingkat stres sedang hingga tinggi.
  • Hanya 33% dari kelompok non-stroke yang mengalami tingkat stres yang sama.
  • Perempuan dengan stres sedang memiliki risiko stroke 78% lebih tinggi, sedangkan stres tinggi dikaitkan dengan risiko stroke 6% lebih tinggi.
  • Tidak ditemukan korelasi signifikan antara stres dan risiko stroke pada pria.

Penulis studi, Nicolas Martinez-Majander, MD, PhD, dari Rumah Sakit Universitas Helsinki, Finlandia, menegaskan bahwa meskipun hasil studi menunjukkan hubungan erat antara stres dan stroke, hal ini bukan berarti stres secara langsung menyebabkan stroke.

“Studi kasus-kontrol seperti ini hanya dapat menunjukkan korelasi antara stres dan peningkatan risiko stroke, bukan kausalitas langsung,” jelas Martinez-Majander.

Bagaimana Stres Mempengaruhi Risiko Stroke?

Para peneliti mengidentifikasi beberapa teori utama yang menjelaskan hubungan antara stres dan peningkatan risiko stroke:

Lonjakan tekanan darah akut dan berulang akibat stres jangka pendek.
Aritmia jantung akibat stres, yang berpotensi meningkatkan risiko stroke.
Peradangan kronis yang dipicu oleh stres, yang dapat memperburuk kondisi pembuluh darah.

Selain itu, individu yang mengalami stres kronis cenderung memiliki gaya hidup tidak sehat, seperti:

Merokok
Kurang aktivitas fisik
Pola makan buruk
Penggunaan zat terlarang

Studi ini juga menggarisbawahi bahwa perempuan cenderung mengalami stres kronis lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena tuntutan peran ganda, seperti pekerjaan, keluarga, dan pengasuhan.

Cara Mengelola Stres untuk Melindungi Kesehatan Jantung

Martinez-Majander menekankan bahwa mengelola stres adalah langkah penting untuk mengurangi risiko stroke.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga keseimbangan mental dan kesehatan kardiovaskular meliputi:

🔹 Mengenali tanda-tanda stres, seperti kecemasan berlebihan, sulit tidur, sakit kepala berulang, tekanan darah tinggi, dan kelelahan.
🔹 Memantau perubahan fisik, seperti nafsu makan terganggu, masalah konsentrasi, sakit perut, atau nyeri tubuh.
🔹 Waspadai tanda-tanda stroke, seperti mati rasa tiba-tiba, kesulitan berbicara, kehilangan keseimbangan, gangguan penglihatan, atau sakit kepala hebat.
🔹 Berolahraga secara teratur, minimal 150 menit per minggu sesuai rekomendasi CDC.
🔹 Melatih kesadaran penuh (mindfulness) melalui meditasi, yoga, atau aktivitas santai lainnya.
🔹 Mencari bantuan profesional jika stres menjadi tidak terkendali atau berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.

Patrick menekankan bahwa stres dapat memperburuk faktor risiko kesehatan, sehingga mengenali gejala stroke lebih dini sangat penting untuk pengobatan yang tepat waktu.

Dengan meningkatnya kesadaran akan bahaya stres kronis terhadap kesehatan jantung dan risiko stroke, perempuan disarankan untuk lebih aktif dalam mengelola stres dan menerapkan gaya hidup sehat guna mencegah dampak negatifnya di kemudian hari.