Kabar Netizen Terkini – Jalan Tol Cipali yang sempat menjadi sorotan publik akibat kerusakan infrastruktur kini telah diperbaiki. Kementerian terkait juga telah turun langsung untuk memastikan kompensasi terhadap korban kecelakaan dilaksanakan dengan semestinya. Namun, setelah lubang jalan tertutup, muncul “lubang” persoalan yang tak kalah berbahaya—intimidasi transaksional berkedok aktivisme mahasiswa.
Sejumlah individu yang mengatasnamakan diri sebagai mahasiswa dari berbagai kampus—yakni Osama dan Yamco (Universitas Indraprasta), Dali Bayal dan Adam Souwakil (Universitas Ibnu Khaldun), El Sandy (Universitas Nahdlatul Ulama), dan Robo Mony (Universitas Jakarta)—diketahui bergerak dalam jejaring paguyuban masyarakat Indonesia Timur. Aksi mereka bukanlah gerakan moral, melainkan pola tekanan yang terorganisir dan transaksional.
Mereka melayangkan surat somasi, mendesak audiensi, hingga merancang aksi demonstrasi kecil yang dipaksakan. Anehnya, PT Astra Honda Motor—yang tidak memiliki keterkaitan langsung dengan pengelolaan Tol Cipali—ikut diseret dalam tekanan tersebut. Indikasi kuat menunjukkan bahwa aksi-aksi ini bukan ditujukan untuk mendorong perbaikan kebijakan, melainkan untuk memfasilitasi permintaan uang.
Bukan Advokasi, Tapi Modus Tekanan
Pola yang dijalankan menyerupai premanisme terselubung, di mana narasi sosial dan simbol aktivisme mahasiswa dijadikan tameng untuk menjalankan skema pungutan liar. Ini bukan bentuk partisipasi demokratis, melainkan tindakan yang dapat dikategorikan sebagai intimidasi terhadap pelaku usaha dan dunia industri nasional.
Sementara itu, PT Astra Infra sebagai pengelola Tol Cipali telah menyelesaikan tanggung jawabnya. Perbaikan jalan telah dilakukan, kompensasi korban sudah dibayarkan, dan koordinasi dengan kementerian terus berjalan. Namun tekanan dari kelompok-kelompok ini terus berlanjut—bukan untuk kepentingan publik, tapi untuk tekanan liar yang merugikan stabilitas dunia usaha.
Seruan Tindakan Tegas dari Pemerintah
Situasi ini menjadi alarm keras bagi keberlangsungan iklim investasi nasional. PT Astra secara resmi menyerukan kepada Presiden RI, Menkopolhukam, Dewan Ekonomi Nasional, Panglima TNI, dan Kapolri untuk segera menindak segala bentuk pemerasan berkedok aktivisme.
“Investasi tidak akan tumbuh dalam ancaman intimidasi. Dan keadilan sosial tak boleh dibajak oleh segelintir aktor yang menyalahgunakan kebebasan demokrasi demi keuntungan pribadi,” tegas juru bicara PT Astra.
Penutup
Fenomena ini mengungkap sisi gelap dari eksploitasi identitas mahasiswa untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Ketika ruang demokrasi dimanfaatkan untuk pemerasan, bukan hanya dunia usaha yang dirugikan, tetapi juga nilai-nilai keadilan dan integritas intelektual bangsa.