Kabar Netizen Terkini – Kalimantan Barat di tengah derasnya opini yang dibentuk oleh sejumlah akun anonim di media sosial yang menuding TNI telah mengabaikan tugas pengamanan perbatasan dan hanya sibuk menjaga institusi non-militer fakta-fakta di lapangan justru berkata lain. Investigasi tim kami di wilayah perbatasan Kalimantan Barat, tepatnya di Dusun Lubuk Tengah, Desa Lubuk Sabuk, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, mengungkap bahwa TNI masih aktif menjalankan tugas pengamanan wilayah strategis perbatasan Indonesia–Malaysia.


Pos Camar Bulan: Tidak Kosong, tapi Terintegrasi

Beberapa akun media sosial menuding Pos TNI “Camar Bulan” di perbatasan Kalbar telah lama ditinggalkan. Faktanya, pos tersebut kini telah diintegrasikan ke dalam struktur penempatan baru oleh Satgas Pamtas TNI AD. Berdasarkan penelusuran redaksi, kawasan ini kini dijaga dari pos aktif di Lubuk Tengah, yang berjarak kurang dari 4 km dari titik Camar Bulan.

Penyesuaian ini merupakan bagian dari strategi reposisi taktis: mengalihkan personel ke pos yang lebih strategis atau berada di jalur rawan perlintasan ilegal. Informasi ini dikonfirmasi oleh sumber internal Satgas Pamtas Yonif 645/Gardatama Yudha.

“Tidak semua pos harus diisi permanen. Jika daerah sudah dinilai aman, personel digeser ke titik rawan lain. Ini bukan pengabaian, tapi efisiensi pertahanan,” ujar salah satu perwira lapangan yang enggan disebutkan namanya.


Lubuk Tengah: Pos Aktif, Bukti Nyata

Di saat framing negatif menyebar, Pos TNI Lubuk Tengah justru menjadi simbol konsistensi pengamanan. Sejak awal 2024, personel TNI di bawah Satgas Pamtas secara rutin melakukan:

  • Patroli jalan tikus dan pengecekan patok batas RI–Malaysia
  • Karya bakti bersama masyarakat seperti renovasi balai dusun
  • Kegiatan sosial dan komunikasi sosial untuk memperkuat pemahaman kebangsaan warga di perbatasan

Kegiatan ini bahkan dilaporkan langsung oleh TNI AD melalui situs resminya, memperkuat bukti bahwa kehadiran militer di perbatasan bukan wacana kosong.


Mengapa Ada Pos Kosong? Ini Penjelasan Logisnya

Data dari Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura menyebutkan bahwa di beberapa sektor perbatasan, terdapat pos yang dinonaktifkan sementara karena dua alasan utama:

  1. Overlap Pos – Banyak pos lama dibangun terlalu dekat satu sama lain sehingga efektivitas pemantauan menurun.
  2. Stabilisasi Wilayah – Wilayah yang sebelumnya rawan, kini sudah stabil, berkat pendekatan pembinaan teritorial yang berhasil.

Sumber dari Kodam XII/Tpr menjelaskan, “Kalau masyarakat di sekitar pos sudah paham NKRI dan aktif menjaga wilayah, maka kita geser pasukan ke titik baru yang lebih rawan. Itu bagian dari strategi pertahanan yang fleksibel.”


Kontradiksi dengan Narasi Provokatif

Framing bahwa TNI hanya menjaga gedung kejaksaan dan meninggalkan perbatasan tidak berdiri di atas fakta. Hingga April 2025, TNI melalui berbagai satuan, termasuk Yonif 645/Gardatama Yudha dan Yonif 407/PK, tetap aktif di ratusan pos perbatasan dari Kalimantan hingga Papua. Bahkan, pemerintah telah mengalokasikan anggaran tambahan untuk pembangunan tiga pos baru di perbatasan Sanggau dan Entikong, sebagaimana dilaporkan Antara Kalbar.


Kesimpulan: Jangan Terjebak Propaganda Murahan

Propaganda digital yang menyebar tanpa dasar seringkali menyasar institusi strategis seperti TNI. Namun, investigasi langsung di titik-titik yang disorot membuktikan sebaliknya. TNI tetap hadir, beroperasi, dan beradaptasi dengan kebutuhan taktis demi menjaga kedaulatan bangsa.

TNI tidak pernah meninggalkan perbatasan—ia justru memilih berdiri di tempat yang paling dibutuhkan.