Serang, Banten – 7 Juli 2025
Perlawanan terhadap proyek reklamasi dan pengembangan kawasan elit Pantai Indah Kapuk 2 (PIK-2) kembali menguat. Sekretaris Jenderal Kerabat Semesta Banten (KSB), KH. Makmum Muzaki, menyuarakan penolakan tegas atas proyek yang dinilai tidak hanya merampas tanah rakyat pesisir, tetapi juga menghina marwah ulama dan sejarah perjuangan Banten.

Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan bersama sejumlah tokoh di Rumah Makan Nasi Timbel Alam Sari, Cipocok Jaya, Kota Serang, Senin (7/7), dalam forum bertajuk “Menjaga Marwah dan Kedaulatan Umat serta Ulama Banten.”

“Banten ini bukan sekadar tanah, tapi warisan dakwah dan perlawanan. Kalau ulama diam, maka kezaliman akan menjadi sistem. Tapi jika ulama bersuara, umat akan bangkit,” tegas KH. Makmum dalam dialog yang berlangsung hangat dan penuh keprihatinan.

PIK-2 Dinilai Bentuk Penjajahan Modern

Dalam dialog tersebut, disampaikan bahwa pembangunan PIK-2 telah menimbulkan keresahan luas di tengah masyarakat pesisir, terutama nelayan, petani, dan warga adat. Proyek ini dinilai tidak hanya merusak lingkungan dan merampas ruang hidup, tetapi juga menghapus jejak sejarah perjuangan para ulama dan jawara Banten.

KH. Makmum menyampaikan bahwa KSB akan terus menjadi garda terdepan dalam menyuarakan penolakan terhadap proyek yang dianggap tidak berkeadilan tersebut. Ia juga menyebut PIK-2 sebagai “penjajahan modern atas nama pembangunan.”

KSB Siapkan Perlawanan Konstitusional dan Spiritual

Sebagai organisasi yang berbasis moralitas Islam dan keberpihakan kepada rakyat kecil, KSB menegaskan akan mengedepankan pendekatan damai namun tegas. Rencana strategis yang disiapkan KSB meliputi:

  • Penguatan pendidikan publik melalui Diklat Agraria bersama Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA),
  • Konsolidasi tokoh ulama, habaib, jawara, pemuda, dan tokoh adat,
  • Aksi-aksi damai dan forum spiritual seperti istighosah dan dialog kebangsaan,
  • Kampanye publik untuk menjaga identitas budaya Banten dari eksploitasi komersial.

“Kita akan lawan dengan konstitusi dan spiritualitas. Karena ini bukan hanya soal tanah, tapi soal harga diri umat Islam dan warisan perjuangan Banten,” ujar KH. Makmum.

Tantangan Logistik Tak Surutkan Tekad KSB

Meski menghadapi keterbatasan anggaran, KSB tetap berkomitmen menjalankan program edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Langkah ini justru dinilai sebagai kekuatan otonom yang tahan uji, dibanding bergantung pada kekuatan modal.

KSB juga menegaskan bahwa mereka tidak anti pembangunan, melainkan menolak model pembangunan yang mengorbankan rakyat kecil dan merusak ekosistem.


Kesimpulan

Dengan suara tegas dari para ulama seperti KH. Makmum Muzaki, gelombang penolakan terhadap PIK-2 berpotensi membentuk kekuatan moral dan sosial-politik baru di Banten. KSB kini bukan sekadar gerakan lokal, tapi simbol perlawanan terhadap dominasi kapital atas ruang hidup rakyat.