Jakarta – Para ilmuwan di Siprus mengajak siswa sekolah di negara tersebut untuk mendaur ulang minyak goreng bekas menjadi bahan bakar ramah lingkungan.

Program ini diberi nama “Tiganokinisi,” yang berarti wajan penggorengan. Para ilmuwan berkeliling ke sekolah-sekolah menggunakan karavan, melakukan eksperimen ilmiah, serta mendorong anak-anak untuk mengumpulkan minyak jelantah dari rumah mereka. Minyak tersebut kemudian disaring dan dijual untuk digunakan sebagai biodiesel.

Inisiatif ini bertujuan untuk membantu mengurangi permasalahan global terkait pembuangan minyak bekas yang mencapai jutaan liter setiap tahun. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah minyak ini dapat menyumbat saluran air, menyebabkan kebakaran di tempat pembuangan sampah, atau mencemari sumber air tanah.

“Mengumpulkan setengah liter minyak dari setiap rumah tangga adalah tantangan besar,” ujar Xenia Loizidou, Ketua AKTI Project and Research Centre, sebuah LSM lokal yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan dan mengoordinasikan pengumpulan minyak untuk dijual sebagai biodiesel.

“Kami menciptakan konsep di mana sekolah menjadi pusat pengumpulan minyak bekas,” tambahnya, dikutip dari Reuters.

Hasil penjualan biodiesel ini akan dikembalikan kepada sekolah-sekolah yang berpartisipasi, berdasarkan jumlah minyak yang dikumpulkan. Siswa juga berkesempatan memilih proyek-proyek lingkungan yang akan didanai dari hasil tersebut.

Sejauh ini, lebih dari 550 ribu euro atau sekitar Rp9,28 miliar telah disalurkan untuk berbagai proyek, termasuk pemasangan panel surya di sekolah, pembangunan air mancur, dan taman aromatik.

Loizidou mengungkapkan bahwa dari sekitar 2.000 ton minyak goreng rumah tangga yang digunakan setiap tahun di Siprus, sekitar 10 persen berhasil dikumpulkan melalui program ini.

Didukung oleh Kementerian Pendidikan Siprus, program ini telah menjadi bagian dari kurikulum nasional sejak 2018 dan kini melibatkan lebih dari 80.000 siswa setiap tahunnya.

Selain itu, inisiatif ini juga mendapat penghargaan dari Komisi Eropa sebagai salah satu praktik terbaik dalam inovasi sosial di Uni Eropa.

Pada 2021, proyek ini semakin berkembang ketika perusahaan energi asal AS, Chevron, memberikan dukungan finansial untuk membiayai operasional karavan. Bantuan ini memungkinkan lebih banyak ilmuwan muda terlibat dan telah menjangkau lebih dari 500 sekolah.

“Kami ingin menjadi mitra yang berdampak positif bagi komunitas tempat kami beroperasi… dan segera menyadari bahwa program ini sangat sejalan dengan nilai-nilai kami,” kata Kristian Svendsen, manajer regional Chevron untuk Mesir dan Siprus.